Sebagai Warisan Daerah, Palembang Kenalkan Songket dengan Ciri Khas Tersendiri

 

BUDAYA 

Palembang, Sabtu 10 Mei 2025



Penulis : Jupio Dwi Prananda 


Songket adalah kain tenun tradisional asal Sumatera, Indonesia, yang dibuat dengan tangan menggunakan benang emas atau perak sehingga menghasilkan efek berkilau. Apabila dilihat dari asal katanya, istilah “songket” berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Palembang, “songsong” dan “teket”, yang berarti “tenun” dan “sulam” masing-masing. Ini mengacu pada proses pembuatan tenunan Songket dengan mengaitkan dan menyisipkan benang emas. Bahan utamanya biasanya sutra, katun, atau perpaduan keduanya. 

Tradisi songket diyakini berkembang sejak masa Kerajaan Sriwijaya, yang terletak di pusat Kota Palembang. Dipercaya pula, makna memakai songket Palembang tidak hanya sekadar kain pelindung tubuh yang estetik, namun juga memiliki makna tersendiri sebagai kemakmuran, keyaaan dan keberanian.

Songket Palembang juga ditetapkan sebagai warisan budaya dearah tak benda Indonesia pada tahun 2013 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. pembuatan songket itu sendiri domain mengguanakan keterampilan dan kemahiran para pengerajinan tradisional.

Sejarah Songket Palembang

Dikutip dari buku "Songket Palembang" oleh Kemdikbud, Terdapat dua pendapat utama mengenai sejak kapan songket mulai hadir dalam kehidupan masyarakat Palembang dan sejak kapan  asal-usul nama songket itu muncul.

Pendapat pertama menyebut bahwa songket telah ada sejak ratusan tahun lalu, bahkan sebelum Palembang menjadi sebuah Kesultanan, yakni antara tahun 1455 hingga 1659. Sebagian ahli bahkan meyakini kerajinan songket sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Keyakinan ini didukung oleh motif-motif yang digunakan dalam kain songket Palembang, seperti motif binatang, yang menunjukkan pengaruh budaya pra-Islam, termasuk pengaruh Hindu-Buddha yang kuat pada masa Sriwijaya.

Sementara itu, pendapat kedua menyatakan bahwa songket baru muncul dan berkembang pada masa Kesultanan Palembang Darussalam (1659–1823). Dalam periode ini, songket digunakan sebagai pakaian kebesaran oleh sultan, para bangsawan, serta kerabat kerajaan. Hanya kalangan elit kerajaan yang berhak mengenakan kain mewah ini, yang umumnya dipakai oleh istri sultan atau istri para pembesar sebagai pelengkap busana resmi dalam upacara atau kegiatan istana.

Meskipun berbeda pendapat, kedua pandangan tersebut memiliki dasar yang kuat. Para peneliti dan tim kebudayaan menyimpulkan bahwa teknik menenun dan menciptakan motif songket kemungkinan telah dikenal sebelum masa Kesultanan Palembang. Namun, penggunaannya sebagai simbol status sosial dan perluasan pemakaiannya secara luas terjadi saat masa kejayaan Kesultanan Palembang Darussalam. Pada masa itu, pengaruh Islam sangat kuat, dan banyak peninggalan serta elemen budaya yang bercorak Hindu-Buddha mulai dihapuskan, termasuk dalam estetika dan motif kain songket itu sendiri.

Dari berbagai penelusuran tersebut, dapat disimpulkan bahwa songket Palembang adalah kain tenun tradisional yang dihiasi dengan benang emas dan dibuat dengan teknik menyulam benang ke dalam tenunan dasar. Ciri khas inilah yang menjadikan songket bukan hanya sebagai simbol status dan kemewahan, tetapi juga sebagai warisan budaya yang memadukan seni, sejarah, dan nilai-nilai spiritual masyarakat Palembang.

Asal-usul Nama songket

Songket berasal dari kata disongsong dan di-teket (disulam). Sehingga songket berarti kain yang (pembuatannya) disongsong dan disulam. Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa songket Palembang konon berasal dari kata Songko yaitu kain penutup kepala yang dihias benang emas. Selanjutnya adalagi yang menyebut kata songket itu sendiri berasal dari kata "tusuk" dan "cukit" yang diakronimkan menjadi "sukit", kemudian berubah menjadi "sungkit" dan akhirnya menjadi "songket".Istilah songket sendiri baru dikenal semenjak awal abad ke-19. Kerena Sebelumnya, masyarakat menyebutnya kain benang emas karena terbuat dari benang emas.

Ragam Jenis Songket Palembang

Songket Palembang dikenal dengan keindahan motif dan keunikan tenunannya. terdapat enam jenis utama songket yang masing-masing memiliki ciri khas tersendir.

  1. Songket Lepus : Motif  ini adalah Jenis tertua di Palembang, ditandai oleh dominasi benang emas yang menutupi hampir seluruh permukaan kain. Songket ini terdiri dari tiga variasi: Lepus Berekam, Lepus Berantai, dan Lepus Penuh. Motifnya terkesan mewah dan biasa dipakai untuk acara adat atau upacara resmi.
  2. Songket Tabur : Motif yang Ciri khasnya adalah motif-motif kecil menyerupai bunga atau bintang yang tersebar merata di permukaan kain, seolah “ditaburkan”. Ada tiga jenis utama: Tawur Lintang, Tawur Nampan Perak, dan Tawur Tampak Magis. Songket ini tampil anggun dan sederhana, namun tetap elegan.
  3. Songket Bunga : Motif yang dibagi menjadi dua jenis berdasarkan bahan benangnya: Bunga Emas yang menggunakan benang emas dan biasa dipakai masyarakat Tionghoa, serta Bunga Pacik yang menggunakan benang kapas putih dan lebih sering dipakai oleh komunitas Arab. Motif bunga menampilkan kesan lembut dan feminin.
  4. Songket Limar :Motif yang dikenal karena perpaduan warna-warninya. Kata “limar” sendiri berarti warna-warni. Proses pembuatannya melibatkan teknik pencelupan benang, sering kali dikombinasikan dengan benang emas untuk menambah kemewahan. Songket ini cenderung lebih cerah dan dinamis.
  5. Songket Tretes : Motifnya hanya berada di bagian ujung kain, sementara bagian tengah dibiarkan polos. Hal ini memberikan kesan sederhana namun tetap berkelas. Ada pula varian Tretes Campuran, yang menggabungkan motif tabur di bagian tengah.
  6. Songket Rumpak : Motif yang sekilas mirip dengan Tretes, namun memiliki dasar motif kotak-kotak seperti sarung. Songket ini umumnya digunakan sebagai bagian dari busana pengantin pria Palembang. Keunikan pola dasarnya memberi kesan maskulin dan tegas.

Hingga kini, songket tetap menjadi bagian penting dalam berbagai upacara adat dan pernikahan di Sumatera Selatan, yang masih terus dikembangkan sebagai bagian dari identitas budaya nasional Indonesia. Warisan emas ini tak hanya memperindah penampilan, tetapi juga membawa kisah panjang peradaban dari masa Sriwijaya hingga masa kini.


Editor : Astridda Rochmah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TENTANG PENULIS

Mengapa Ampera menjadi Salah Satu Destinasi Wajib Dikunjungi Saat Ke Palembang ?