Sudah Berdiri 300 Tahun Silam, Rumah Baba Ong Boen Tjit Tetap Terjaga Keasliannya


DESTINASI BUDAYA 
PALEMBANG, 20 MEI 2025



Suasana rumah Baba Ong Boen Tjiet tampak begitu sepi, rumah yang menghadap langsung ke Sungai Musi membuat rumah ini memiliki daya tarik tersendiri, Suara pembakaran mesin dari Manuver kapal Batubara yang melintas menambah ke eksotisan rumah tepi sungai ini.

Halamannya begitu luas, terdapat jemuran daun nipah yang hampir memenuhi setengah dari halaman rumah itu. Daun nipah menjadi salah satu mata pencarian masyarakat sekitar rumah Baba Ong Boen Tjit.

Sekilas tampak depan rumah Baba Ong Boen Tjiet bergaya khas rumah limas Palembang.  Rumah dengan gaya panggung dengan ornamen kayu yang di rawat dengan baik, serta tanaman adas yang berjejer rapi di depan rumah. 

Meski bangunan depan rumah ini seperti rumah limas, namun sebagian besar rumah ini begaya khas Tionghoa. Dimana terdapat ukiran ornamen cina serta guci yang di datangkan langsung dari negeri Turai Bambu.


Di balik keunikannya, rumah ini juga memiliki aturan tersendiri, dimana setiap pengunjung yang melintas di bagian tengah rumah ini, harus sedikit menundukkan kepala sebagai bentuk menghormati sesama.

Di gelar sebuah karpet sebagai alas dan juga terdapat beberapa dewa yang diyakini oleh umat budha sebagai tempat mereka  beribadah, tak lupa juga lilin beserta dupa  yang menjadi salah satu ritual wajib sembayang umat beragama budha itu pun hadir di sana. 

Walaupun terdapat tempat sembayang orang budha, Anik beserta keluarganya semua  beragama islam, di mana mereka merawat rumah peninggalan ini sebagai bentuk menjaga Aset daerah Kota Palembang. 

"Dulu suami saya orang cina, tapi setelah menikah dengan saya Mualaf (Masuk islam)," jelas Anik selaku istri dari generasi Ke 6 serta sebagai pengurus rumah baba Ong Boen Tjit. 



Di sela sela obrolan, terlihat foto usang yang masih di pajang hingga kini, foto itu terlihat tua dan lama. Pahatan wajahnya tercetak dengan jelas jika pada saat itu dirinya begitu gagah pada masanya.

Dulu, kenangnya, rumah ini adalah rumah pertama, saat itu hanya terdapat 3 bangunan di kota ini, Masjid Agung, Kantor Walikota dan Rumah Baba Ong Boen Tjit. Rumah ini sudah berumur 300 tahun pada abat ke 17, pemilik rumah itu merupakan saudagar rempah yang berasal dari cina "Zaman itu belum ada jalan raya, akses yang ada saat itu hanya Sungai,"katanya.

Di beberapa titik terlihat jelas jika bangunan rumah ini sudah sangat tua, bahkan ada beberapa ornamen yang sudah di ganti dengan yang baru, namun tidak mengubah bentuk asli rumah ini. 

Saking tuanya bangunan rumah ini, bagian lantai yang berasal dari kayu harus melakukan pergantian kayu selama 10 tahun sekali dengan harga yang lumayan menguras kantong. 

Meskipun rumah Baba Ong Boen Tjit ini sudah di akui oleh Dinas setempat, sebagai salah satu Destinasi Wisata yang harus di lestarikan, hingga detik ini pengelolaan rumah ini masih sendiri "Saya sudah sering melapor kepada Dinas terkait terutama masalah akses transportasi namun belum ada tanggapan,"keluhnya. 

Sebelum di bukanya rumah Baba Ong Boen Tjit ini, sempat di buka sebuah pasar Baba Boen Tjit yang menjajankan makanan khas Palembang pada tahun 2017. Namun hanya bertahan hingga 9 bulan saja. 

Karena Anik beserta sekeluarga mengaku kewalahan dan merasa tidak adanya hari libur pada masa itu "Setelah kami bermusyawarah akhirnya kami mengalihkan pasar itu menjadi rumah Baba Ong Boen Tjit," tuturnya.

Rumah Baba Ong Boen Tjit merupakan salah satu wujud rumah dengan wujud toleransi yang tinggi, dimana tidak adanya kesenjangan sosial yang dapat menimbulkan sebuah konflik. 

Rumah dengan gaya campuran Palembang dan Tinghoa, menjadi ciri khas tersendiri rumah Baba Ong Boen Tjit yang harus tetap dijaga dan terus di lestarikan.

Reporter : Astridda Rochmah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TENTANG PENULIS

Sebagai Warisan Daerah, Palembang Kenalkan Songket dengan Ciri Khas Tersendiri

Mengapa Ampera menjadi Salah Satu Destinasi Wajib Dikunjungi Saat Ke Palembang ?